Like us on Facebook

Minggu, 11 Januari 2015

Hadi Yanuar

Dolenan Jaman Mbiyen ~ Permainan Tempoe Doeloe

Hai kawan, luangkan sejenak waktumu. Mari mengenal lagi permainan tempoe doloe. Permainan Tempo Doeloe merupakan permainan Tradisional yang merupakan warisan turun temurun, ini merupakan Aset Budaya Bangsa yang harus di lestarikan dan di kembangkan seiring kemajuan zaman. Banyak dari kita mungkin sudah melupakan maupun tidak mengajarkan kepada generasi penerus ini, namun seiring kemajuan teknologi memang saat ini anak-anak cenderung bermain dengan permainan elektronik dan internet, apalagi sekarang maraknya jejaring sosial dan BBM yang tidak menutup kemungkinan seusia anak-anak sudah menikmatinya.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menjungjung tinggi nilai-nilai Sejarah dan Budayanya” artinya kita jangan begitu saja melupakan sejarah dan budaya  yang pernah ada di negeri yang kita cintai ini.
Banyak sekali permainan tradisional yang mungkin selama ini terlewatkan begitu saja seperti Main Kelereng, Petak Umpet, Bekel, Benteng-bentengan, Gobak Sodor, Main Engklek, Boi-boian dll, Semoga dengan hadirnya artikel ini kita bisa mengenang dan mengingat masa kecil dulu dan dapat mewariskan kepada generasi penerus kita. 
Berikut adalah beberapa permainan tempo doeloe (dolanan jaman mbiyen) yang ada disekitar kita:


  Main Kelereng / Gundu
Kelereng (atau dalam bahasa Jawa disebut nèkeran) adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate. Kelereng adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca atau tanah liat. Ukuran kelereng sangat bermacam-macam, umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung.
Orang Betawi menyebut kelereng dengan nama gundu. Orang Jawa, neker. Di Sunda, kaleci. Palembang, ekar, di Banjar, kleker dan di bagian Riau Pesisir disebut permainan Guli.
Permainan Gundu atau Klereng bisa di mainkan di mana saja, tanpa ada lapangan yang khusus, tapi  ada beberapa gaya dalam permainan ini antara lain :
1.   Poces
2.   Lubang

Poces   
Beberapa pemain  masing-masing sudah mempersiapkan gundu/Klereng sebanyak-banyaknya, karena dalam permainan ini mereka bertaruh atau memakai cara membayar dengan Gundu/ klereng juga. Tergantung  kesepakatan para pema-in.
Cara bermain  : Mereka membuat bunderan / lingkaran  kecil  untuk menyimpan gundu/kle –reng . bunderan / lingkaran biasanya  di buat memakai kapur tulis , arang  atau apa saja yang bisa terlihat.
Para pemain mengumpulkan gundu/ klereng  di dalam Bunderan/ lingkaran terse-but. Kalau kesepakatan memasang 5 buah gundu/ klereng maka semuanya mema-sang 5 buah gundu/ klereng. Kalau pemain jumlah 3 orang , maka Gundu/ klereng di dalam kotak itu ada 15 buah. jadi lingkarannya agak besar.
Para pemain melempar gundu/ klereng di garis Pidi. Jarak  garis Pidi ke lingkaran yang ada kelrengnya/ gundu  panjangnya 1 meter.
Para pemain berusaha mengenai gundu/klereng yang ada di dalam lingkaran tersebut. Kalau kena, lalu gundu/ klereng yang tergeser ke luar lingkaran  maka gundu/ klereng itu sudah menjadi milik pemain. Kemudian yang jalan terlebih dahulu , ialah yang paling dekat dengan lingkaran. Kalau gundu/ klereng  sudah kabis di dapatkan pemain yang pertama, maka pemain itu di anggap memang, lalu mematikan gundu para gocoannya. Antiknya permainan ini, kalau pemenang gundu/klereng yang sudah menghabiskan yang ada di lingkaran, kemudian gacoannya di kalahkan oleh peserta yang lain (peserta yang belum mati) maka semua gundu/ klereng pasangan tadi milik orang yang mengalahkannya.

Lubang
Para pemain  membuat lubang kecil, untuk memasukan gundu/klereng ke dalamnya, jaraknya 1 meter dari garis pidi.
Yang pertama jalan ialah yang kelereng / gundu masuk lubang atau yang lebih dekat dengan lubang.
Cara bermain : Yang jalan lebih dulu ialah di lihat/di ukur gundu/klereng yang dekat dengan lubang. Pertama  memasukan gundu/klereng ke lubang, kalau masuk maka dia boleh menembak gundu musuh-musuhnya. Kalau yang jalan pertama tidak dapat memasukan kelereng ke dalam lubang, maka di lanjutkan dengan pemain ke dua, yaitu yang terdekat ke dua dari lubang. Pemenangnya adalah mereka yang mendapatkan gundu lebih banyak, yaitu mematikan lawan-lawannya dengan cara mengenai sasaran gundu/klerengnya ke gundu.klereng lawan.

Permainan Petak Umpet
Petak umpet atau dalam bahasa Inggris Hide and Seek adalah salah satu permainan tradisional anak-anak yang sudah sangat terkenal. Selain di Indonesia permainan ini juga sangat digemari oleh anak-anak diluar negeri. Untuk memainkan permainan ini, kita membutuhkan banyak orang minimal 4 atau 5 orang. Permainan ini sangat populer dibanding permainan tradisional yang lain karena permainan ini sangat mengasikan dan juga banyak manfaatnya.

Cara bermain petak umpet .
Permainan dilakukan dihalaman atau lapangan dengan menyiapkan tiang sebagai  penunggu / penjaga . Lalu  mengundi  para peserta pemainnya dengan cara menunjuk siapa yang menjadi  penjaga Tiang.  Salah satu murid biasanya langsung di tunjuk untuk menjadi penjaga tiang, maka yang lainnya bersembunyi, atau ngumpet. Penjaga menunggu tiang, sambil memejamkan mata, menunggu aba-aba dari yang mengumpet/ bersembunyi. Setelah  terdengar kode dari yang sembunyi, maka penjaga mencari ke tempat-tempat persembunyian. Apa bila penjaga menemui yang bersembunyi, maka mereka lari ke arah  tiang, saling mendahului. Apa bila yang bersembunyi paling dulu menyentuh tiang, maka yang jaga tetap dia, tapi kalau tiang itu di pegang/ sentuh oleh yang jaga, maka  yang bersembunyi yang menjaga tiang. Begitu  seterusnya. 


Bekel
Permainan menggunakan bola karet kecil dan lima buah ‘bekel’ . Ada lima tahap dilalui yaitu, tahap pertama sambil duduk , bola dilemparkan kira-kira setinggi kepala, selama bola di udara bekel diambil satu-satu, lalu diambil dua-dua, sampai lima limanya diambil. Tahap kedua: ‘pit’, Ketiga: ‘ro’, Keempat ‘klat’, kelima ’s’. Maksud saya disini, bekel harus diubah menurut posisi menurut urutan. Tahap keenam , Naspel. Waktu ‘naspel’, bekel diubah posisi seperti tadi hanya saja pemain tidak boleh terlihat gigi. Bila gagal, ganti pemain lain.


Benteng-Bentengan
Permainan bentengan adalah salah satu dari permainan tradisional. Di daerah lain permainan ini juga dikenal dengan nama rerebonan, prisprisan, omer, dan jek-jekan. Dalam permainan bentengan sekelompok anak-anak membagi diri menjadi dua kelompok yang akan saling berlawanan. Setelah terbentuk dua kelompok yang saling berhadapan, mereka mencari posisi masing-masing sebagai basis mereka atau yang di sebut dengan benteng. Biasanya sebuah tiang atau pilar. Permainan ini tidak menggunakan alat apa pun. Masing-masing benteng kedua belah pihak harus terletak agak berjauhan dan dapat dilihat oleh satu sama lain.
Biasanya permainan ini dimulai dengan majunya salah satu pemain daribentengan-1 salah satu benteng untuk menantang para pemain dari benteng lawannya. Pemain dari benteng lawannya akan maju untuk mengejar. Jika pemain dari benteng penantang ini dapat terkejar dan dapat disentuh oleh pemain lawan, maka pemain penantang dijadikan sebagai tawanan. Biasanya pemain penantang akan berlari menghindar atau kembali ke bentengnya sendiri. Teman-teman dari benteng penantang ini, akan mengejar pemain dari benteng lawan yang memburu tadi. Demikian seterusnya sehingga terjadi saling kejar mengejar antara pemain dari kedua benteng. Sering kali terjadi adalah salah satu benteng kehabisan pemain karena ditawan dan bentengnya dikepung oleh lawannya. Para pengepung ini, dapat membebaskan teman-temannya yang menjadi tawanan. Setelah dibebaskan, para mantan tawanan ini dapat turut mengepung benteng lawannya. Sisa pemain dari benteng yang terkepung, dapat mengejar para pengepung untuk mempertahankan bentengnya, atau balik mengirimkan penyerang ke benteng pengepung jika benteng para pengepung tidak ada penjaganya

Gobag Sodor
Istilah permainan Gobag sodor dikenal di daerah jawa tengah , sedangkan di daerah lain seperti galah lebih dikenal di Kepulauan Natuna, sementara di beberapa daerah Kepulauan Riau lainnya dikenal dengan nama galah panjang. Di daerah Riau Daratan, permainan galah panjang ini disebut main cak bur atau main belon. Sedang di daerah jawa barat di kenal dengan nama Galah Asin atau Galasin.

gobak Sodor adalah sejenis permainan daerah dari Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 - 5 orang.




Cara melakukan permainan ini yaitu dengan membuat garis-garis penjagaan dengan kapur seperti lapangan bulu tangkis, bedanya tidak ada garis yang rangkap, Gobak sodor terdiri dari dua tim, satu tim terdiri dari tiga orang. Aturan mainnya adalah mencegat lawan agar tidak bisa lolos ke baris terakhir secara bolak-balik. Untuk menentukan siapa yang juara adalah seluruh anggota tim harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
Anggota tim yang mendapat giliran “jaga” akan menjaga lapangan , caranya yang dijaga adalah garis horisontal dan ada juga yang menjaga garis batas vertikal. Untuk penjaga garis horisontal tugasnya adalah berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi seorang yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal maka tugasnya adalah menjaga keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan.
Permainan ini sangat menarik, menyenangkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan. Kalau kita sudah lepas dari garis batas terakhir kita menjadi bebas merdekaa.. inilah yang kita tuju.. Nilai Spiritual dalam Permainan Gobak Sodor….Selain kebersamaan, kita juga bisa belajar kerja sama yang kompak antara satu penjaga dan penjaga lain agar lawan tidak lepas kendali untuk keluar dari kungkungan kita. Di pihak lain bagi penerobos yang piawai, disana masih banyak pintu-pintu yang terbuka apabila satu celah dirasa telah tertutup. Jangan putus asa apabila dirasa ada pintu satu yang dijaga, karena masih ada pintu lain yang siap menerima kedatangan kita, yang penting kita mau mau berusaha dan bertindak segera. Ingatlah bahwa peluang selalu ada, walaupun terkadang nilai probabilitasnya sedikit

Patil Lele
Permainan ini juga dikenal dengan nama Gatrik, tak kadal, benthik, jentikan. Permainan ini menggunakan alat dari dua potongan bambu yang satu menyerupai tongkat berukuran kira kira 30 cm dan lainnya berukuran lebih kecil. Pertama potongan bambu yang kecil ditaruh diantara dua batu atau di atas lubang (luwokan) harus dipersiapkan di atas tanah lalu dipukul oleh tongkat bambu, diteruskan dengan memukul bambu kecil tersebut sejauh mungkin, pemukul akan terus memukul hingga beberapa kali sampai suatu kali pukulannya tidak mengena/luput/meleset dari bambu kecil tersebut. Setelah gagal maka orang berikutnya dari kelompok tersebut akan meneruskan. Sampai giliran orang terakhir. Biasanya setelah selesai maka kelompok lawan akan memberi hadiah berupa gendongan dengan patokan jarak dari bambu kecil yang terakhir hingga ke batu awal permainan dimulai tadi. Makin jauh, maka makin enak digendong dan kelompok lawan akan makin lelah menggendong.
Main Engklek atau Engkek-Engkek
Sekelompok anak secara bergantian melemparkan gacuk pada gambar kotak-kotak di atas tanah, kemudian melompat-lompat dengan satu kaki mengelilingi kotak-kotak yang ada, dan berupaya secara sungguh-sungguh untuk memiliki kotak sebanyak-banyaknya. Barang siapa memiliki kotak paling banyak, maka dialah yang akan memenangkan permainan. Permainan ini disebut dengan sengklek, selain itu di nusantara mempunyai beraneka ragam nama diantaranya sunda manda, teklek. ingkling, sundamanda/sundah-mandah, jlong jling, lempeng, dampu, dan beberapa sebutan lainnya.
Cara bermainnya sederhana saja, cukup melompat menggunakan satu kaki disetiap petak-petak yang telah digambar sebelumnya di tanah.
Untuk dapat bermain, setiap anak harus berbekal gacuk yang biasanya berupa sebentuk pecahan genting alias kreweng, yang dalam permainan kreweng ini ditempatkan di salah satu petak yang tergambar di tanah dengan cara dilempar, petak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak/ ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya.
Pemain yang menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu, berhak memilih sebuah petak untuk dijadikan “sawah”, yang artinya di petak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak itu dengan dua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan.

Boy-boyan (boi-boian)
Permainan ini dikenal juga dengan nama Pecah Piring, Gebokan, dalam permainannya membutuhkan dua benda penting. Bola dan pecahan genteng atau yang sederajat untuk disusun keatas sehingga berbentuk menara. Bola bisa dibuat dari gabungan plastik dan kertas yang dibentuk sedimikian rupa sehingga menyerupai bola. Ada dua team yang dibentuk misal team A dan B, satu orang dari team A akan melemparkan bola ke arah tumpukan pecahan genteng, jika tumpukan tersebut berhasil di hancurkan, team A akan lari, menghindari terkenanya lemparan bola, dan berusaha menumpuk pecahan genteng. Sedangkan team B, berusaha menggagalkan team A untuk menyempurnakan tumpukan genteng dengan melempar bola ke arah badan team B. Jika team A terkena lemparan atau gagal menghancurkan tumpukan genteng, team B akan mendapat bagian  melempar bola ke arah tumpukan genteng

Dakon

Permainan dakon dikenal sebagai permainan tradisional masyarakat Jawa sekalipun permainan ini dikenal juga di daerah lain. Pada masa lalu permainan ini sangat lazim dimainkan oleh anak-anak bahkan remaja wanita. Tidak ada yang tahu mengapa permainan ini identik dengan dunia wanita. Menurut beberapa pendapat karena permainan ini identik atau berhubungan erat dengan manajemen atau pengelolaan keuangan. Pada masa lalu (bahkan hingga kini) kaum hawa disadari atau tidak berperanan penting dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. Dakon dianggap menjadi sarana pelatihan terhadap pengelolaan atau manajemen keuangan tersebut. Untuk kaum adam mungkin permainan semacam ini dianggap terlalu feminine, kurang menantang, tidak memerlukan kegiatan otot dan pengerahan tenaga yang lebih banyak. Jadi, barangkali dianggap terlalu lembut.

Pada saat sekarang permainan dakon ini boleh dikatakan tidak ada lagi. Anak-anak putri sekarang lebih tertarik bermain boneka Barbie, melihat sinetron, atau bermainn play station. Permainan dakon barangkali dianggap telah kuno, ketinggalan zaman, atau bahkan dianggap udik.

Umumnya permainan dakon pada zaman dulu dilakukan di pendapa, beranda rumah, atau di bawah pohon yang rindang dengan terlebih dulu menggelar tikar. Untuk memulai permainan yang melibatkan dua orang ini, keduanya akan mengundi atau ping sut untuk menentukan siapa yang jalan duluan.

Lubang pada papan dakon berjumlah 16 buah. Masing-masing sisi papan dakon terdapat 7 buah lubang dan 2 buah lubang di masing-masing pojokan/ujung papannya. Untuk memainkannya biasanya diperlukan biji-bijian untuk isian lubang-lubangnya. Umumnya biji yang digunakan untuk permainan ini adalah biji buah sawo. Mengapa biji buah sawo ? Jawabannya adalah karena tanaman sawo umumnya terdapat di hampir semua pekarangan (depan) rumah-rumah Jawa di masa lalu, khususnya rumah-rumah orang yang cukup mampu. Lebih-lebih rumah ningrat yang memiliki pendapa. Kecuali itu butiran biji sawo tidak terlalu kecil untuk dicomot. Permukaannya licin sehingga cukup mudah untuk diluncurkan dari genggaman sekaligus cukup mudah juga untuk digenggam telapak tangan. Selain itu, biji buah sawo yang dinamakan kecik itu secara visual memang tampak lebih eksotik (barangkali).

Untuk permainan dakon yang juga dinamakan congklak itu diperlukan 98 buah biji sawo. Masing-masing sisi dakon yang memiliki 7 buah lubang itu diisi 7 buah biji untuk masing-masing lubangnya. Jadi, masing-masing pemain memiliki 49 buah biji kecik yang siap dijalankan. Sedangkan lubang di bagian ujung (pojok) dakon dikosongkan untuk menampung sisa biji ketika permainan dijalankan.

Cublak-cublak suweng
Permainan ini dimainkan oleh minimal 3 orang. Diawali dengan hom pim pa. Yang kalah akan memposisikan badannya seperti sujud. Dan anak yang lain meletakkan telapak tangannya diatas punggung pak empo dan menghadap ke atas. Satu anak akan memutar kerikil dari telapak satu ke telapak yang lain sambil menanyikan lagu berikut :
cublak-cublak suweng suwenge ting gelenter mambu ketundung gudel pak empo lera- lere sapa ngguyu ndelikake sir-sir pong dele kopong sir-sir pong dele kopong.
Satu anak akan menyembunyikan kerikil tersebut. Setelah lagu selesai, pak empo akan mencari dan menebak orang yang menyembunyikan suweng alias kerikil. Anak yang lain berusaha mengecoh dengan menggenggam erat. Jika tebakan benar, pak empo akan digantikan perannya oleh anak pemegang kerikil. Jika salah, permainan diulang sekali lagi dengan pak empo yang sama.
Lagu cublak cublak suweng yang dinyanyikan dengan tempo cepat akan memberi kesan semangat dan ceria kepada lagu tersebut. dan ketika dinyanyikan dengan tempo lambat, akan berkesan damai, tenang, indah.
    

Main Karet
Permainan ini sudah tidak asing lagi tentunya, karena permainan lompat tali ini bisa di temukan hampir di seluh indonesia meskipun dengn nama yang berbeda-beda. permainan lompat tali ini biasanya identik dengan kaum perempuan. tetapi juga tidak sedikit anak laki-laki yang ikut bermain. 

Permainan ini tergolong sederhana karena hanya melompati anyaman karet dengan ketinggian tertentu. Jika pemain dapat melompati tali-karet tersebut, maka ia akan tetap menjadi pelompat hingga merasa lelah dan berhenti bermain. Namun, apabila gagal sewaktu melompat, pemain tersebut harus menggantikan posisi pemegang tali hingga ada pemain lain yang juga gagal dan menggantikan posisinya.

Ada beberapa ukuran ketinggian tali karet yang harus dilompati, yaitu: (1) tali berada pada batas lutut pemegang tali; (2) tali berada sebatas (di) pinggang (sewaktu melompat pemain tidak boleh mengenai tali karet sebab jika mengenainya, maka ia akan menggantikan posisi pemegang tali; (3) posisi tali berada di dada pemegang tali (pada posisi yang dianggap cukup tinggi ini pemain boleh mengenai tali sewaktu melompat, asalkan lompatannya berada di atas tali dan tidak terjerat); (4) posisi tali sebatas telinga; (5) posisi tali sebatas kepala; (6) posisi tali satu jengkal dari kepala; (7) posisi tali dua jengkal dari kepala; dan (8) posisi tali seacungan atau hasta pemegang tali.


Begitu kaya warisan nenek moyang kita akan permainan/dolanan yang tidak hanya bersenang senang namun banyak sekali hikmah didalamnya yang mendidik dan dapat dijadikan pelajaran.

Permainan/dolanan lainnya:
bermain enggrang

bermain gasing

bermain ketapel

Sentokan

Bermain layangan

main ulo-uloan/ular naga


Hadi Yanuar

About Hadi Yanuar -

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :

1 komentar:

Write komentar